Advertisement
Tone Control (2)
Frekwensi senter pengaturan nada.
Besaran-besaran nilai kondensator dan resistor yang membentuk filter pada sebuah rangkaian tone control menentukan frekwensi senternya. Perhatikanlah gambar berikut :
Gambar di atas adalah potongan dari skema rangkaian tone control aktif yang telah dikemukakan pada tulisan sebelumnya. C1 bersama dengan R1,R2 dan VR2 membentuk konfigurasi filter untuk freekwensi nada-nada tinggi (treble). Apabila C1 dikecilkan nilainya (misalkan diberi 272) maka frekwensi senter (frekwensi pusat/tengah) akan berubah ke yang lebih tinggi.
Mengecilkan C1 juga menjadikan agak menyempitnya range frekwensi senter. Efek dari mengecilkan C1 akan terdengar di telinga seolah-olah treble-nya jadi semakin sedikit. Apabila C1 dibesarkan (misalnya diberi 472) maka frekwensi senter akan bergeser kepada yang lebih rendah, dan ada sedikit pelebaran range freksensi senter. Hal-hal ini berefek di telinga terdengar seolah-olah treble-nya jadi tambah banyak.
Dalam gambar di atas nilai R1 dan R2 adalah sama, ini membuat boost dan cut berada pada skala yang sama pula namun saling berlawanan.
Misalkan jika boost menunjukkan penguatan 10dB, maka cut akan menunjukkan -10dB.
Apabila diinginkan cut yang lebih sedikit, nilai R2 yang merupakan penyelenggara umpan balik negatif perlu dibesarkan.
Pada bagian pengaturan nada-nada rendah (bass), C2 dan C3 bersama-sama dengan R3, R4, R5 dan VR3 membentuk konfigurasi filter untuk frekwensi nada-nada rendah. Apabila nilai C2 dan C3 dikecilkan (misalnya masing-masing diberi 393) maka frekwensi senter akan lebih ke atas, sehingga nada bass yang dihasilkan pun nada bass yang lebih atas pula. Dan apabila dibesarkan (misalnya masing-masing diberi 563) maka frekwensi senter akan lebih ke bawah sehingga nada bass yang dihasilkan adalah nada bass bawah yang lebih rendah frekwensinya.
Selain itu, besarnya dua resistor R3 dan R4 juga mempengaruhi frekwensi nada bass. Semakin dibesarkan akan semakin rendah nada bass-nya. Begitu pula dengan besarnya resistor tunggal R5.
Karena itu agar pengaturan berada pada nada-nada yang sesuai dengan apa yang diinginkan, diperlukan penetapan besarnya nilai-nilai resistor dan kondensator yang tepat. Anda akan memahami hal ini dengan baik jika anda rajin mencoba-coba dan berusaha memperbandingkannya.
Pada gambar di atas diperlihatkan contoh skema rangkaian tone control aktif dengan menggunakan IC. Rangkaian menggunakan split power-supply (power supply terbelah) di mana terdapat tiga sambungan, yaitu + (positif), - (negatif) dan 0V (ground).
Pada prinsipnya cara kerja tone control aktif ini tidak berbeda jauh dengan yang menggunakan transistor. Boost dan cut diselenggarakan oleh VR2 dan VR3 dengan penentu frekwensi senter bass R7, R8, R9, C4 dan C5. Sedangkan penentu frekwensi senter untuk treble adalah C3.
R5 dan R6 membatasi level boost dan cut untuk treble, sedangkan R7 dan R8 untuk bass. Dua resistor berpasangan ini masing-masingnya biasanya dibuat bernilai sama, agar boost dan cut mempunyai angka yang simetrik.
Penonjolan dan peredaman saat boost dan cut pada tone control.
Pada gambar berikut ini diperlihatkan tiga bentuk kurva penguatan frekwensi-frekwensi pada posisi penyetelan potentiometer tone control yang berbeda-beda.
Kurva A adalah kurva penguatan ketika potentiometer pengatur treble dan bass berada pada posisi tengah (seimbang). Semua frekwensi audio dikuatkan dengan penguatan yang relatif sama dan praktis tidak ada penonjolan ataupun peredaman pada frekwensi-frekwensi tertentu.
Kurva B adalah kurva ketika potentiometer pengatur treble dan bass ditaruh pada posisi maksimum. X1 merupakan frekwensi senter untuk bass dan X2 merupakan frekwensi senter untuk treble. Terjadi penguatan pada dua range frekwensi itu. Range frekwensi tengah praktis dikatakan tetap, yaitu tidak mengalami penguatan.
Kurva C adalah kurva ketika potentiometer pengatur bass dan treble ditaruh pada posisi minimum. Tampak X1 dan X2 mengalami peredaman ke arah –dB. Range frekwensi tengah pun praktis tetap, yaitu tidak mengalami peredaman.
Pada tone control aktif yang mempunyai tiga pengaturan nada (bass, midrange dan treble) frekwensi-frekwensi tengah bisa ditonjolkan (boost) dan bisa pula diredam (cut).
Dalam system pengaturan nada yang lebih kompleks seperti pada perangkat equalizer aktif, boost dan cut dimungkinkan lebih detil pada frekwensi-frekwensi audio yang diinginkan.
(Sandi Sb)
Sebelumnya : Tekhnik Audio, Tone Control (1) pasif dan aktif
Tulisan lain tentang tekhnik audio :
Pre-Amplifier .
Frekwensi senter pengaturan nada.
Besaran-besaran nilai kondensator dan resistor yang membentuk filter pada sebuah rangkaian tone control menentukan frekwensi senternya. Perhatikanlah gambar berikut :
Gambar di atas adalah potongan dari skema rangkaian tone control aktif yang telah dikemukakan pada tulisan sebelumnya. C1 bersama dengan R1,R2 dan VR2 membentuk konfigurasi filter untuk freekwensi nada-nada tinggi (treble). Apabila C1 dikecilkan nilainya (misalkan diberi 272) maka frekwensi senter (frekwensi pusat/tengah) akan berubah ke yang lebih tinggi.
Mengecilkan C1 juga menjadikan agak menyempitnya range frekwensi senter. Efek dari mengecilkan C1 akan terdengar di telinga seolah-olah treble-nya jadi semakin sedikit. Apabila C1 dibesarkan (misalnya diberi 472) maka frekwensi senter akan bergeser kepada yang lebih rendah, dan ada sedikit pelebaran range freksensi senter. Hal-hal ini berefek di telinga terdengar seolah-olah treble-nya jadi tambah banyak.
Dalam gambar di atas nilai R1 dan R2 adalah sama, ini membuat boost dan cut berada pada skala yang sama pula namun saling berlawanan.
Misalkan jika boost menunjukkan penguatan 10dB, maka cut akan menunjukkan -10dB.
Apabila diinginkan cut yang lebih sedikit, nilai R2 yang merupakan penyelenggara umpan balik negatif perlu dibesarkan.
Pada bagian pengaturan nada-nada rendah (bass), C2 dan C3 bersama-sama dengan R3, R4, R5 dan VR3 membentuk konfigurasi filter untuk frekwensi nada-nada rendah. Apabila nilai C2 dan C3 dikecilkan (misalnya masing-masing diberi 393) maka frekwensi senter akan lebih ke atas, sehingga nada bass yang dihasilkan pun nada bass yang lebih atas pula. Dan apabila dibesarkan (misalnya masing-masing diberi 563) maka frekwensi senter akan lebih ke bawah sehingga nada bass yang dihasilkan adalah nada bass bawah yang lebih rendah frekwensinya.
Selain itu, besarnya dua resistor R3 dan R4 juga mempengaruhi frekwensi nada bass. Semakin dibesarkan akan semakin rendah nada bass-nya. Begitu pula dengan besarnya resistor tunggal R5.
Karena itu agar pengaturan berada pada nada-nada yang sesuai dengan apa yang diinginkan, diperlukan penetapan besarnya nilai-nilai resistor dan kondensator yang tepat. Anda akan memahami hal ini dengan baik jika anda rajin mencoba-coba dan berusaha memperbandingkannya.
Pada gambar di atas diperlihatkan contoh skema rangkaian tone control aktif dengan menggunakan IC. Rangkaian menggunakan split power-supply (power supply terbelah) di mana terdapat tiga sambungan, yaitu + (positif), - (negatif) dan 0V (ground).
Pada prinsipnya cara kerja tone control aktif ini tidak berbeda jauh dengan yang menggunakan transistor. Boost dan cut diselenggarakan oleh VR2 dan VR3 dengan penentu frekwensi senter bass R7, R8, R9, C4 dan C5. Sedangkan penentu frekwensi senter untuk treble adalah C3.
R5 dan R6 membatasi level boost dan cut untuk treble, sedangkan R7 dan R8 untuk bass. Dua resistor berpasangan ini masing-masingnya biasanya dibuat bernilai sama, agar boost dan cut mempunyai angka yang simetrik.
Penonjolan dan peredaman saat boost dan cut pada tone control.
Pada gambar berikut ini diperlihatkan tiga bentuk kurva penguatan frekwensi-frekwensi pada posisi penyetelan potentiometer tone control yang berbeda-beda.
Kurva A adalah kurva penguatan ketika potentiometer pengatur treble dan bass berada pada posisi tengah (seimbang). Semua frekwensi audio dikuatkan dengan penguatan yang relatif sama dan praktis tidak ada penonjolan ataupun peredaman pada frekwensi-frekwensi tertentu.
Kurva B adalah kurva ketika potentiometer pengatur treble dan bass ditaruh pada posisi maksimum. X1 merupakan frekwensi senter untuk bass dan X2 merupakan frekwensi senter untuk treble. Terjadi penguatan pada dua range frekwensi itu. Range frekwensi tengah praktis dikatakan tetap, yaitu tidak mengalami penguatan.
Kurva C adalah kurva ketika potentiometer pengatur bass dan treble ditaruh pada posisi minimum. Tampak X1 dan X2 mengalami peredaman ke arah –dB. Range frekwensi tengah pun praktis tetap, yaitu tidak mengalami peredaman.
Pada tone control aktif yang mempunyai tiga pengaturan nada (bass, midrange dan treble) frekwensi-frekwensi tengah bisa ditonjolkan (boost) dan bisa pula diredam (cut).
Dalam system pengaturan nada yang lebih kompleks seperti pada perangkat equalizer aktif, boost dan cut dimungkinkan lebih detil pada frekwensi-frekwensi audio yang diinginkan.
(Sandi Sb)
Sebelumnya : Tekhnik Audio, Tone Control (1) pasif dan aktif
Tulisan lain tentang tekhnik audio :
Pre-Amplifier .
Silakan komentar sesuai topik dan sertakan ID yang jelas dengan tidak menyertakan live-link atau spam.